Korona
merupakan proses dimana arus, mungkin diteruskan, muncul dari sebuah elektrode
berpotensial tinggi di dalam sebuah fluida yang netral, biasanya udara,
dengan mengionisasi
fluida hingga menciptakan plasma di sekitar
elektrode. Ion-ion yang dihasilkan akhirnya akan melampaui muatan listrik
menuju area-area berpotensi rendah terdekat, atau bergabung kembali untuk
membentuk molekul-molekul gas netral.
Saat
gradien
potensialnya fluida cukup besar pada sebuah titik, maka fluida itu akan
mengalami ionisasi dan menjadi bersifat konduktif. Udara di dekat elektrode
bisa terionisasi (sebagian bersifat konduktif). Saat udara di dekat titik
menjadi bersifat konduktif, ia memiliki efek meningkatkan ukuran konduktor. Di
luar wilayah ionisasi dan konduktivitas ini, partikel-partikel bermuatan
perlahan-lahan mencapai benda yang muatannya berlawanan dan dinetralkan.
Jika
wilayah terionisasi terus bertambah luas dan tidak berhenti pada radius
tertentu, terbentuklah jalur yang betul-betul bersifat konduktif yang berakibat
pada terciptanya latu elektrik yang muncul sekejap atau busur elektrik yang
berkesinambungan.
Lucutan
korona biasanya melibatkan dua elektrode asimetris; elektrode yang satu
memiliki permukaan yang sangat melengkung (seperti ujung sebuah jarum atau
kawat berdiameter kecil) dan elektrode satunya lagi memiliki kelekukan yang rendah
(seperti piring atau permukaan tanah). Kelengkungan yang tinggi memastikan
potensial gradien yang tinggi di sekitar sebuah elektrode,
untuk menciptakan sebuah plasma.
Korona
bisa bermuatan positif atau negatif. Hal ini ditentukan oleh polaritas tegangan
di elektrode yang kelengkungannya tinggi. Jika elektrode melengkung bemuatan
positif berkenaan dengan elektoda rata terciptalah korona positif, tapi jika
negatif yang tercipta adalah korona negatif. Ketidaksamaan sifat korona positif
dengan korona negatif yang amat berbeda disebabkan oleh jauh berbedanya massa
elektron dengan ion bermuatan
positif, dengan hanya elektron memiliki kemampuan mengalami tingkat benturan
taklenting pengion yang signifikan pada
temperatur dan tekanan bersama.
Fungsi
lucutan korona yang utama adalah terciptanya ozon di sekitar konduktor yang mengalami proses korona. Korona
negatif menghasilkan ozon jauh lebih banyak daripada korona positif.
Penerapan lucutan korona
Berikut
ini adalah penerapan lucutan korona di bidang komersial dan industri.
- Menghilangkan muatan listrik yang tidak diinginkan dari permukaan pesawat yang sedang terbang dan dengan begitu menghilangkan efek yang merugikan dari pulsa lucutan elektris tidak terkontrol pada kinerja sistem avionik
- Pembuatan ozon
- Sterilisasi air kolam
- Pembersih dengan mengosokan partikel-partikel dari udara dalam HVAC (lihat Pengendap elektrostatik)
- Menghilangkan berbagai organik teruap yang tidak diinginkan, seperti pestisida kimia, pelarut, atau bahan senjata kimia, dari atmosfer
- Meningkatkan kelembapan atau ‘energi tegangan permukaan’ dari film polimer untuk meningkatkan kesesuaian dengan tinta cetak atau perekat.
- Membuat fotokopi
- Pengion udara yang baik buat kesehatan
- Fotografi Kirlian menggunakan foton yang dihasilkan oleh lucutan untuk mengekspos film fotografik.
- EHD thruster, Lifter, dan piranti ion wind yang lain
- Laser nitrogen
- Perlakuan Permukaan untuk Kultur Jaringan (Polistirena)
- Ionisasinya cuplikan gas untuk analisis subsekuen dalam sebuah spektrometer massa maupun spektrometer mobilitas ion.
Korona
bisa digunakan untuk menghasilkan permukaan bermutan, yang merupakan sebuah
efek yang digunakan dalam pengopian elektrostatik (membuat fotokopi). Korona
juga dapat digunakan untuk menghilangkan materi kepartikelan dari aliran udara
dengan terlebih dahulu mengisi udara dengan muatan listrik, lalu melewatkan
aliran udara bermuatan melalui sisir polaritas bolak-balik, untuk mengendapkan
partikel-partikel bermuatan ke lempengan dengan muatan yang berlawanan.
Ion
serta radikal bebas yang dihasilkan dalam reaksi korona bisa dipakai untuk
membersihkan udaranya produk-produk merugikan tertentu, melalui reaksi kimia,
dan bisa digunakan untuk memproduksi ozon.
Berbagai permasalahan yang disebabkan lucutan korona
Korona
bisa menghasilkan derau/bising terdengarkan dan frekwensi radio, khususnya di
dekat jaringan transmisi tenaga listrik. Selai merepresentasikan rugi daya,
aksi lucutan korona di partikel-partikel atmosfer, bersama dengan produksi
ozone dan nitrogen
oksida yang berkaitan dengan lucutan
korona, bisa merugikan kesehatan manusia yang bermukim di wilayah-wilayah yang
dilalui jaringan listrik. Dengan begitu, peralatan transmisi tenaga listrik
didesain untuk meminimalisir terbentuknya lucutan korona. Lucutan korona pada
umumnya tidak diinginkan dalam:
- Transmisi tenaga listrik, dimana lucutan korona menyebabkan:
- Rugi daya
- Bising terdengarkan
- Gangguan elektromagnetik
- Pijar ungu
- Produksi ozon
- Kerusakan pengisoliran
- Di dalam komponen-komponen listrik seperti trafo, kapasitor, motor listrik serta generator listrik. Korona secara progresif merusak isolasi di dalam piranti, yang mengarah ke cacat perlengkapan dini. Salah satu bentuk serangan adalah keretakan oleh ozonnya benda yang terbuat dari elastomer seperti cincin O.
- Berbagai situasi dimana tegangan tinggi digunakan, tapi produksi ozon diminimalisir.
Mekanisme lucutan korona
Lucutan
korona baik yang positif maupun negatif memiliki mekanisme bersama tertentu.
- Sebuah molekul atau atom
netralnya medium, di dalam sebuah wilayah medan listrik
yang kuat (seperti gradien
potensial yang tinggi di dekat elektrode
melengkung) diionisasikan oleh sebuah peristiwa lingkungan eksogen
(misalnya sebagai akibat dari interaksi foton),
untuk menciptakan sebuah ion positif dan elektron
bebas.
- Medan listrik lalu beroperasi pada partikel-partikel bermuatan lalu memisahkan, mencegah penggabungan kembali, serta mempercepat partikel-partikel itu, memberikan energi kinetik ke setiap partikel.
- Sebagai akibat dari energisasi elektron (yang memiliki nisbah massa/muatan dan kecepatan yang jauh lebih tinggi), lebih jauh lagi sejumlah pasangan ion elektron/positif bisa diciptakan dengan menabrakkan atom-atom netral. Lalu mereka mengalami proses pemisahan yang sama. Proses pemisahan ini menciptakan sebuah longsoran elektron (Bahasa Inggris: electron avalanche). Baik korona positif dan negatif mengandalkan longsoran elektron.
- Dalam berbagai proses yang membedakan korona positif dengan negatif, proses energi plasma ini diubah menjadi disosiasi elektron tahap awal untuk menyebabkan longsoran lebih jauh lagi.
- Sebuah spesies ion tercipta di
dalam rangkaian longsoran ini (yang berlainan antara korona positif dengan
negatif) ditarik ke elektrode tak melengkung, melengkapi sirkuit, dan
mempertahankan aliran arus.
Tegangan
awalnya korona atau Tegangan Insepsi Korona (TIK) bisa dicari dengan hukum
Peek (1929), yang diformulasikan dari
pengamatan empiris.
Sifat elektris
Arus listrik
yang dibawa oleh korona ditentukan dengan menyatukan rapat
arus pada permukaan konduktor. Rugi daya ditentukan dengan mengalikan arus dengan tegangan.
Korona positif
Sifat
Korona
positif berbentuk sebuah plasma seragam di sepanjang sebuah konduktor. Korona
positif sering terlihat dengan pijaran berwarna biru/putih, meski sebagian
besar emisi berada dalam ultraviolet. Keseragaman plasma disebabkan oleh sumber
lonsoran elektron sekunder yang homogen yang dijelaskan dalam seksi mekanisme
di bawah. Dengan geometri dan tegangan yang sama, korona positif tampak lebih
kecil daripada korona negatif, berkat kurangnya wilayah plasma non-pengion di
antara wilayah bagian dalam dengan bagian luar. Elektron bebas dalam sebuah
korona positif jauh lebih sedikit daripada korona negatif, kecuali sangat dekat
dengan elektrode melengkung: mungkin seperseribu rapatan elektron dan
seperseribu total jumlah elektron.
Namun,
elektron-elektorn dalam sebuah korona positif dikonsentrasikan dekat dengan
permukaan konduktor melengkung, di dalam sebuah wilayah gradien potensial yang
tinggi (dan dengan begitu elektron memiliki tenaga tinggi), sedangkan elektron
di dalam korona negatif berada di wilayah luar bagian bawah. Dengan begitu,
jika elektron digunakan dalam sebuah aplikasi yang membutuhkan tenaga aktivasi
yang tinggi, korona positif bisa mendukung tetapan reaksi yang lebih besar
daripada korona negatif; walau jumlah total elektron lebih sedikit, jumlah
elektron tenaga sangat tinggi lebih banyak.
Korona
merupakan produsen ozon yang efisien di udara. Ozon yang dihasilkan sebuah
korona positif jauh lebih sedikit daripada korona negatif, sebab reaksi yang
menghasilkan ozon berenergi relatif rendah. Dengan begitu, semakin banyak
jumlah elektron di korona negatif akan meningkatkan produksi ozon.
Mekanisme
Sama
dengan korona negatif, korona positif dimulai oleh sebuah peristiwa ionisasi eksogen
dalam kawasan gradien potensial yang tinggi. Elektron yang dihasilkan dari
ionisasi ditarik menuju elektrode melengkung, dan ion-ion positif
ditolak darinya. Dengan melakukan benturan taklenting semakin dekat dan dekat
ke elektrode melengkung, makin banyak molekul yang diionkan dalam sebuah
longsoran elektron. Di dalam sebuah korona positif, elektron-elektron sekunder
dihasilkan di dalam fluida, tepatnya dalam wilayah di luar plasma atau wilayah longsoran. Elektron-elektron sekunder itu
diciptakan oleh ionisasi yang disebabkan oleh foton yang dipancarkan dari
plasma itu dalam berbagai proses deeksitasi yang terjadi di dalam plasma seusai
benturan elektron, energi termal yang dibebaskan dalam benturan itu menciptakan
foton yang diradiasikan ke dalam gas. Elektron yang dihasilkan dari ionisasinya
molekul gas netral lalu ditarik kembali secara elektris menuju elektrode
melengkung, ditarik ke dalam plasma, dan dengan begitu memulai proses menciptakan
longsoran lebih jauh di dalam plasma.
Seperti
yang bisa dilihat, korona positif dibagi menjadi dua wilayah, sepusat di
sekeliling elektrode tajam. Wilayah bagian dalam terdiri dari elektron pengion
dan ion positif yang bertindak sebagai sebuah plasma, longsoran elektron dalam
wilayah ini, yang lebih jauh menciptakan banyak sekali pasangan ion/elektron.
Hampir seluruh wilayah bagian luar terdiri dari ion positif masif yang
bermigrasi dengan pelan, bergerak menuju elektrode melengkung, dekat dengan antarmuka
kawasan ini, elektron-elektron sekunder, dibebaskan oleh foton yang
meninggalkan plasma, yang dipercepat kembali ke dalam plasma. Wilayah dalam
dikenal sebagai wilayah plasma, sedang wilayah luar sebagai wilayah unipolar.
Korona negatif
Sifat
Korona
negatif dihadirkan dalam korona takseragam, yang bervariasi sesuai dengan ciri
permukaan dan ketidakteraturannya konduktor melengkung. Ia sering muncul
sebagai gumpalan korona di tepi tajam, jumlah gumpalan berubah sesuai dengan
kekuatan medan. Terbentuknya korona negatif merupakan hasil dari sumber
elektron longsoran sekunder (lihat di bawah). Ia tampak sedikit lebih besar
dari korona positif, sebab elektron diperbolehkan melayang keluar dari wilayah
pengion. Jumlah total elektron, dan rapatan elektron jauh lebih besar dari yang
ada di korona positif.
Mekanisme
Proses
terbentuknya korona negatif jauh lebih kompleks daripada korona positif. Sama
seperti korona positif, pembentukan korona dimulai dengan sebuah peristiwa
ionisasi eksogen yang menghasilkan elektron primer, yang dilanjutkan dengan
longsoran elektron.
Elektron
diionkan dari gas netral yang tidak berguna dalam mempertahankan proses korona
negatif dengan menghasilkan elektron sekunder untuk longsoran lebih jauh lagi,
karena pada umumnya elektron dalam sebuah korona negatif bergerak keluar dari
elektrode melengkung. Untuk korona negatif, proses menghasilkan elektron
sekunder yang dominan adalah efek fotolistrik,
dari permukaan elektrode sendiri. Fungsi kerjanya elektron (energi yang
dibutuhkan untuk membebaskan elektron dari permukaan) sangat rendah daripada
energi ionisasinya udara pada suhu dan tekanan yang standar, membuatnya menjadi
sumber elektron sekunder yang lebih liberal dalam kondisi tersebut. Sekali
lagi, sumber energi untuk pembebasan elektron adalah foton tenaga tinggi dari
sebuah atom dalam perelaksasian tubuh plasma setelah eksitasi dari benturan
sebelumnya. Penggunaan gas netral terionisasi sebagai sumber ionisasi dikurangi
lebih jauh dalam sebuah korona negatif dengan konsentrasi ion-ion positif yang
tinggi yang bergerombol di sekitar elektoda melengkung.
Dalam
kondisi-kondisi yang lain, benturan spesies positif dengan elektrode melengkung
bisa pula menyebabkan pembebasan elektron.
Dengan
begitu yang membedakan korona positif dengan korona negatif, dalam hal
terciptanya longsoran elektron sekunder, adalah longsoran elektron sekunder di
dalam korona positif diciptakan oleh gas berada di sekitar wilayah plasma,
elektron-elektron sekunder yang baru bergerak ke dalam, sedangkan longsoran
elektron sekunder dalam korona negatif diciptakan oleh elektrode melengkung itu
sendiri, elektron sekunder yang baru bergerak keluar.
Ciri
selanjutnya dari struktur korona negatif adalah elektron yang melayang keluar
akan bertemu dengan molekul netral dan, bersama-sama molekul elektronegatif (seperti oksigen dan uap air),
bergabung untuk menghasilkan ion negatif. Lalu ion negatif ditarik ke elektrode
tak melengkung yang positif, menyelesaikan ‘rangkaian’.
Sebuah
korona negatif bisa dibagi menjadi 3 wilayah radial, di sekeliling elektrode
tajam. Dalam wilayah bagian dalam, benturan taklenting elektron-elektron
berenergi tinggi dengan atom netral menyebabkan longsoran, sedangkan elektron
sebelah luar (yang biasanya berenergi lebih rendah) bergabung dengan atom
netral untuk memproduksi ion negatif. Dalam wilayah perantara/tengah,
elektron-elektron bergabung untuk membentuk ion negatif, tapi biasanya memiliki
energi yang tak cukup untuk menyebabkan ionisasi longsoran, tapi tetap menjadi
bagian dari sebuah plasma yang berhubungan dengan polaritas yang berbeda dari
spesies saat ini, dan kemampuan untuk ikut serta dalam berbagai reaksi plasma
karakteristik. Di wilayah sebelah luar, hanya berlangsung sebuah aliran ion
negatif dan, pada tingkatan yang lebih rendah, elektron bebas yang menuju
elektrode positif. Dua wilayah bagian dalam dikenal sebagai plasma
korona. Wilayah sebelah dalam merupakan plasma pengion, tengah merupakan
plasma bukan-pengion. Wilayah sebelah luar dikenal sebagai wilayah
unipolar
Proses Terjadinya Cahaya Corona
Cahaya Corona adalah cahaya yang
berwarna ke ungu-unguan yang muncul di sekitar kawat transmisi tegangan tinggi
listrik yang menggunakan SUTET.
Pada arus listrik jaringan tegangan tinggi
menyebabkan timbulnya medan magnet dan medan listrik di sekitar jaringan
tegangan tinggi, sehingga elektron-elektron yang berada di sekitar jariangn
ikut terpengaruh oleh adanya medan listrik dan medan magnet tersebut. Sifat
medan magnet yaitu mampu mempercepat gerak elektron (e-) yang ada di udara.
Akibatnya terjadilah ionisasi di udara. Elektron-elektron yang bermuatan
negatif bertabrakan dengan elektron bebas yang ada di udara sekitar jaringan
transmisi tegangan tinggi.
Elektron bebas dengan Energi Kinetik (Ek) yang
besar dapat melepaskan elektron (e-) yang berada di kulit atom bagian dalam,
sehingga elektron yang berada di kulit bagian dalam tersebut mengalami
kekosongan elektron.
Pada saat setelah terjadi penabrakan elektron
terjadilah proses AVALANSI yaitu proses penggandaan elektron,
sehingga pada saat setelah terjadi penabrakan elektron dilepaskan 4e- atau 4
buah elektron dengan energi yang sama.Kemudian karena adanya kekosongan pada
kulit atom, maka e- pada kulit lebih luar akan masuk mengisi kekosongan
tersebut. Karena memilki tingkat energy kulit atom yang lebih tinggi, maka
kkelebihan energi yang dimiliki oleh e- tersebut harus dilepaskan yang kemudian
dilepaskan dalam bentuk cahaya tampak berwarna keunguan yang dikenal sebagai
cahaya CORONA.